Jalan Tol

Kadang mikir dalem hati. Enak ya jadi cewek, ga wajib buat cari nafkah kalo udah tua, ga wajib jadi kepala keluarga, ga wajib jadi panutan. Walaupun gue tau jauh lebih mudah jadi laki-laki.
Gue ga akan membicarakan soal operasi ganti kelamin kali ini. Gue bersyukur lahir dikeluarga yang ngajarin gue gimana caranya berjuang.. dan membiasakan itu ga gampang. Sampai gue lepas dari titik anak manja dan mulai mandiri.. Yah sebagian orang menyebutnya egois. Hanya masalah sudut pandang menurut gue. It doesn't matter~

Gue inget pertama kali gue suka cewek itu kalo ga salah SD kelas 1. Waktu itu gue diajak nyokap kekantornya. Sebagai anak penurut yang imut gue bermain disket (semacam flash disk tipe jadul dan cuma komputer pentium 1 yang memahaminya). Dulu gue senang karna mainin gituan doang. Ya. Zaman gue kecil belum secanggih sekarang. Kadang hidup tidak memberi kita banyak pilihan

Saat asik bermain disket di taman kantor gue ngeliat gadis kecil seumuran gue main ayunan ga jauh dari tempat gue main. Tanpa sadar gue terus ngeliatin gadis itu, dia narik-narik ayunan, dia naikin ayunan sambil nyanyi-nyanyi..sampai akhirnya dia jatuh dan nangis. Entah kenapa gue ikut senang, dan sedih saat dia jatuh. Gue ga tau darimana anak kecil itu dan..siapa namanya. Yang gue tau dia itu lucu dan gue senang liatiin dia. Sesederhana itu.

Suatu hari di lakhir pekan kantor nyokap gue ngadakan liburan bareng dan gue diajakin buat ikut. Gue memang anaknya hiperaktif dari kecil, apa-apa ikut, nurut, manut. Saat di bis gue inget banget waktu itu gue duduk di kursi no 3 dari supir sebelah kiri sama nyokap. Di perjalanan gue dengar percakapan seorang anak kecil cewek dan ibunya tepat disamping supir.
Anak: "Mah mah jalannya kok besar itu.."
Ibu:" Iya itu namanya jalan Tol.."
Anak" Mah aku tau jalan tol. Jalan bebas hambatan kan yaa"
Ibu: "Waah pinterr anak mama" *kecup pipi

Gue tanpa sadar tersenyum simpul dengar gadis itu di bis. Gue masih ingat saat doi mengenakan topi putih krim bulat dengan tepi melebar seperti topi petani di eropa. Baju pink dan rok pink. Gue ga lepas pandangan sedetik pun dari dia. Dia anak yang ceria, pintar, manis dan baik hati. Semakin gue perhatiin semakin gue seperti mengenal dia.

Sampai pada suatu waktu di hari yang sama nyokap gue dan nyokap dia ngenalin kami. Sepertinya kami dijodohkan. Oke gue terlalu banyak nonton telenovela Rosalinda dulu. Baper mulu bawaannya..
Gue yang waktu kecil culun abis dan pemalu cuma bisa kenalan sambil megang rok nyokap gue. Gue masih ingat senyum doi saat menjulurkan tangan dan menyapa namanya. Gue masih ingat gingsul dan lesung pipit di pipinya saat dia tersenyum ramah menyapa gue,
"Namaku Bela" kata dia
"Bela cantik..kenalin ini Rizall" Jawab nyokap gue. Entah kenapa seketika gue tiba-tiba bisu dan buta warna.

Sejak saat itu gue ga pernah lagi ngeliat dia, setau gue kami beda sekolah dan dia ga pernah lagi main di kantor nyokap. Gue patah hati semuda itu. Sakit sob..

Andai gue setinggi itu waktu kecil. Mungkin ceritanya beda. 
*alibiterus

31 tahun kemudian..
Sori kecepetan
11 tahun kemudian..
Gue keterima disalah satu universitas dikota gue. Ga nyangka niat buat kuliah di pulau seberang  belum terwujud, tapi gue tetap bersyukur. Saat P2B (semacam MOS) gue di suruh mengenakan topi purun petani, name tag dan pita berwarna untuk membedakan prodi masing-masing mahasiswa/i.

Saat istirahat menjelang pulang kegiatan gue ngeliat ada seorang mahasiswi yang baru pertama kali liat tapi gue sudah merasa lama kenal dengan dia.
Dia mengunakan Topi purun dengan pita hijau dan jas almamater seperti gue. Sejurus kemudian kami sekilas bertatapan, dia tersenyum ke gue. Waktu seperti berhenti, 2 detik itu sudah cukup mengantar gue ke memori yang tersimpan rapi di chapter masa kanak-kanak gue. Dia Bela.
Senyumnya, gingsul dan lesung pipitnya masih sama seperti 11 tahun yang lalu..Hanya sekarang bertambah cantik.
Lagi-lagi waktu yang terlalu singkat karena kami disuruh berbaris untuk persiapan pulang, atau itu hanya sekedar alasan gue yang tidak punya cukup nyali untuk sekedar menyapanya dari dekat.

Beberapa banyak dari kita yang mungkin beruntung mengalami de javu ke masa depan seperti gue. Sepertinya kita tetaplah orang yang sama di waktu yang berbeda, atau sebaliknya.
Sejak saat itu gue ga pernah liat dia lagi, terakhir kali dia nge add gue di salah satu sosmed. Gue ga ada niat buat lebih dekat dengan doi, dan rasa penasaran yang dulu muncul mungkin sudah lama hilang terkisis waktu. Yang gue tau, dia sudah punya pacar saat itu. (lagu my heart will go on terdengar dari kejauhan~)

Gue sadar dia bukan cinta pertama gue, tapi setidaknya gue tau siapa cinta monyet pertama gue waktu kecil. Walaupun cinta monyet, tetap.. itu bertepuk sebelah tangan..

Tak apa, patah hati mengajarimu caranya untuk tetap berdiri kawan 

Nb: Nama disamamarkan
by: Sileo

0 Masukan:

Posting Komentar