Journey with Barbarian People (Pinus Island Part. 2)

Kemarin lusa baru aja hari valentine yang ke 1897 bagi manusia, gue sebagai orang yang penuh kasih sayang otomatis ga ngerayain hari ini. Bukannya gue ga punya pacar, tapi kebetulan aja gue baru putus.. beberapa tahun yang lalu...
Bagi yang punya pacar, hari valentine itu kayak malam minggu jilid 2 yang muncul setahun sekali. Tapi bagi yang masih ehm.. (maaf) single, hari valentine itu ibarat hari kiamat yang datang lebih awal. Dan hari ini gue bukan mau bahas tentang hari Valentine. Saran gue skip aja langsung ke alinea berikutnya sih.

Kemarin akhirnya gue dan temen-temen gue kembali liburan ke pulau yang teretak di dalam pulau. Loh ko bisa? Jadi nama tempat yang kami kunjungi adalah Pulau Pinus yang terletak di Pulau Kalimantan. Ini juga ga terlalu penting sih.. mending skip ke paragraf selanjutnya aja.

Karena semester ini jadwal libur perkuliahan kami jadi sabtu-minggu. Gue dan beberapa temen gue memutuskan untuk mancing ikan. Setelah pertempuran yang cukup sengit, akhirnya terkumpulah 7 orang anggota memancing.
1. Tommy : Punya mata sipit, orangnya penyabar dan rada pendiam, tapi kalo udah kenal insya allah dia-nya tetep pendiam. Untuk urusan totalitas mancing dengan sabar, Tommy rajanya. Kalo dia udah lempar umpan, susah bedain antara dia mati apa lagi mancing.
2. Wandy : Kebalikan Tommy. Matanya belo, liar dan sangat aktif macam balita keminum alkohol. Lebih jago mancing janda desa ketimbang ikan. Doi ga bisa dibawa ke laut. Liat ikan mati di air aja langsung galau.
3. Adib : temannya wandy. Gue yakin kalo dia disuruh milih mancing atau nangkap ikan pakai jala, pasti dia milih beli ikan di pasar.
4. Agi : temannya Adib, tapi juga temannya wandy. Ga bisa liat air, suka keinget-inget masa lalu. Kemudian galau. Susah emang kalau remaja kebanyakan nonton sinetron ftv~
5. Ringga : Menguasai jenis-jenis alat pancing, mengenal dengan baik spesies ikan dan otomatis untuk urusan skill memancing jangan di tanya.. dia bukan jagonya.
6. Hadi : Ini siapa?
7. Gue : Enterprenur alat pancing. Pemerhati jiwa-jiwa yang kosong dan terbuai harapan palsu.

Sperti biasa sbelum mancing, Gue, Tommy dan Adib pergi ke depot alat-alat pancing buat beli peralatan.

ga bisa liat kamera, pengin masuk aja
Umpan. Anak lebah yang kurang beruntung.

Jarkom seperti biasa disebar kalau berangkat tepat pukul 06.00 WITA esok hari. Tapi para homo sapiens tipe tapir ini ga ditakdirkan buat tepat waktu. Khususnya wandi. Kakek-kakek satu ini emang paling ngaret kalo masalah ginian.  Susah emang kalo orang lahir jidatnya duluan, kalo datang suka seenak jidatnya ~
Gak berapa lama setelah doi dateng dan di kentutin rame-rame, kami berangkat.
Sekitar 1 setengah jam, kami sampai di tempat tujuan, disambut warga dengan senyum dan karcis masuk 15 ribu. Entah karena kami geram atau memang musimnya. Hujan lebat pun turun.

Wandy dan Ringga yang emang ga jago tawar-menawar kami suruh nyewa perahu. Alhasil kami berhasil mendapatkan kelotok seharga 350 ribu. Entah ini kami yang berhasil atau paman kelotoknya yang lebih berhasil.. entahlah..

Ini kelotok apa pesawat mau bangkrut. Harganya gitu-gitu amat..

Gak lama setelah adegan foto ini. Badai pun datang. Beneran.

Di tengah perjalanan menuju spot memancing, gue dan tommy merencanakan cara terbaik membunuh paman kelotoknya. Kami masih ga rela harga mancing semahal itu. Tapi karena kami lupa bawa sonde akhirnya ga jadi.. sumpah ini gak penting banget. Skip aja.

ini yang pake baju biru di depan, itu namanya Hadi (oooo~)

kalo mau tau siapa pelaku 'pencemaran air' di atas. Liat gambar sebelumnya.  Jangan ditiru ya~

Spot pertama kami mancing. "kata" pamannya banyak ikannya. Yakali.
setelah hampir 2 bulan disana...

Ada seonggok tapir yang dimana teman-temannya sedang memancing, dia malah main kapal-kapalan beremote.
Ini kapalnya. Pelakunya kami tenggelamkan.

mas-mas ini bukan mancing ikan.. Tapi mancing puing-puing kenangan manis masa lalu yang tlah hilang.. tsaahh~~

kalo mas-mas yang di depan itu bukan lagi mancing. Dia tenggelam..

Satu-satunya yang dapat ikan.. dan masih jomblo..

satu-satunya yang kepancing.. dan masih jomblo..
Akhirnya mereka berdua jadian..

Jadi ini metode mancing baru. Biarkan arus membawa pancingmu pada ikan-ikan, jangan mengekang pancing seperti kita mengekang kekasih terlalu erat sampai ia pergi mencari kebebasan~

Jadi inilah mancing jilid 2 kami. Walaupun cuma dapat 1 ikan, kami cukup kesel sama pamannya. Tapi kami sepakat bahwa ini gara-gara hujan jadi ikan males gerak, dan cuma Adib yang kekeuh kalo hujan ikan malah lapar dan seharusnya kami dapat ikan banyak. Akhirnya Adib kami tinggal di salah satu pulau bersama harapan kosongnya. Kamipun hidup bahagia. Selamanya.. Tamat.

0 Masukan:

Posting Komentar